Praktikum kali ini kami
mengamati tentang ekosistem mangrove yang berlokasi terletak di wilayah Kelurahan
Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara ini.
Pada daerah ini subsrat yang kami temukan berlumpur. Dan tempat yang kita amati
masih dalam keadaan alami.
Pada praktikum kali ini kita dapat
belajar mengenai ekosistem mangrove, dan dapat mengenali dan membedakan jenis-jenis mangrove, dapat memahami
dan membedakan jenis-jenis mangrove, dapat mengenali dan membedakan jenis-jenis perakaran mangrove.
Beserta mempelajari jenis-jenis spesies fauna yang ada dalam ekosistem
mangrove.
Kami datang pada pukul 07.00 pagi,
disana kami langsung disambut dengan suasana tenang, ridangnya pohon mangrove,
dan terlihat lintasan track yang terbuat
dari kayu, sebelum memulai perjalanan kami memberikan SIMAKSI terlebih dahulu
ke petugas kehutanan disana, Setelah itu kami memulai perjalanan didapingin
oleh guru bidang study IPA kami, diawal perjalan mengikuti rute track yang
terbuat dari kayu, kami langsung disuguhi dengan rindangnya pohon pidada dan
nipah, disana kami sangat berhati-hati karna banyak ulat dari pohon pidada yang
terkadang membuat ?tubuh gatal.
Buah Pidada menjadi makanan favorit
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang merupakan salah satu
satwa penghuni suaka margasatwa ini. Pohon Pidada mempunyai ciri akar nafas
berbentuk seperti tombak yang menancap ke dalam lumpur dengan air yang memiliki
kadar garam rendah, di kawasan itu terdapat pula sebuah menara pengawas yang
tampaknya sudah tidak dipakai.
Ditengah-tengah track terdapat bangunan
untuk beristirahat, disana kami berhenti dan beristirahat sejenak untuk melepas
lelah, disana pula kami memulai kegiatan observasi kami, dan juga memulai untuk
mengisi Lembar Kerja yang diberikan oleh pendamping. Kami meneruskan perjalanan,
selepas dari kawasan Pidada, kami memasuki kawasan rawa dengan vegetasi berupa
Gelagah (Saccharum spontaneum) dan Eceng Gondok (Eichchornia
crassipes) yang masih di dominasi oleh pohon pidada dan nipah yang
terkadang menghalangi jalan. Awalnya kami mengira jika mengikuti rute track
ini, kami akan kembali ke track awal, ternyata setelah lama kami menelusuri
rute track, tenyata rute buntu ditengah jalan. Dengan sangat terpaksa kami
balik menenelusuri rute track yang sama tadi kami lewati.
Ketika kami kembali balik, kami melihat
tampak seekor burung pelatuk Caladi Ulam (Picoides macei) yang sedang
mematuk-matuk batang pidada, dan dengan bantuan binakular (teropong) kami juga
melihat burung pecak ular yang sedang berteger disalah satu pohon besar. Dan
ternyata setelah kami balik dan kami sampai di tempat peristirahatan kami tadi,
terlihat sekumpulan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang sedang
mengorek-ngorek tempat sampah, dia mencari makanan sisa manusia yang merupakan
sudah jadi sebuah keterbiasaan bagi kera-kera disana untuk makan makanan sisa
dari manusia yang dia ambil dari tong sampah, mungkin saja
makanan berupa nasi, kacang, roti dan kerupuk, baginya sudah enak, atau memang
hewan itu sudah beralih makanan ?. Yang seharusnya mereka itu makan dari hasil alam. Hewan-hewan
itu bahkan terlihat jinak-jinak merpati, ketika didekati hewan itu tidak lari
hanya sekadar berjalan-jalan saja. Tetapi kami beruntung dapat bisa melihat kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) yang merupakan salah satu primadona disana.
Permasalahan lingkungan yang terjadi di
Suaka Margasarwa Muara Angke (SMMA) yaitu
diantaranya sampah, kemungkinan sampah berasal terjadi karna suatu proses kegiatan
masyakat/nelayan yang di mana lokasi SMMA berdekatan dengan pelabuhan dan pasar
ikan, dan terpengaruhi oleh limbah industri dan domestik juga. Sampah tidak
hanya menyebabkan air tercemar atau kotor akan tetapi juga menggangggu
kehidupan biota air yang ada muara. Air yang tercemar tentu saja tidak dapat di
manfaatkan secara optimum oleh masyarakat sekitar SMMA, sehingga kebutuhan akan
air bersih menjadi tidak terpenuhi. Sampah-sampah yang ada juga bisa dapat
menutupi akar mangrove dan menyebabkan pohon-pohon tersebut mati. Sampah-sampah
yang bertumpuk dan tidak didaur ulang dapat menimbulkan bau yang menyengat yang
akan menjadi sumber penyakit dan pada saatnya menggangu kesehatan. Akibatnya
lingkungan sekitar SMMA menjadi tidak sehat dan pada akhirnya akan menyebabkan
timbulnya berbagai bibit penyakit. Untuk itu maka solusi yang ditawarkan adalah
mengurangi segala kegiatan yang dapat menghasilkan banyak sampah, minimal untuk
limbah cair sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum di
buang.